The King’ Speech, Film yang Tidak Hanya Mengajarkan tentang Kepemimpinan, tetapi Juga Mengajarkan Orang Tua tentang Pengasuhan
The King’s Speech diangkat berdasarkan kisah nyata kerajaan Inggris yang berlatar pada masa Perang Dunia II. Naskah film ini ditulis oleh David Seidler, disutradai oleh Toom Hooper, dan diproduseri oleh Ian Canning, Emile Sherman, dan Gareth Unwin. Pemeran film Colin Firth,Geoffrey Rush, dan Helena Bonham Carter.
Tayang perdana pada tanggal 6 September 2010 di Festival Film TellurideSebuah festival film di Colorado, AS, dan dirilis secara terbatas di Amerika Serikat pada tanggal 26 November 2010. Baru kemudian dirilis secara luas pada tanggal 25 Desember 2010. Dua pekan setelah dirilis secara luas di Amerika, film ini kemudian dirilis di Britania Raya, tepatnya tanggal 7 Januari 2011.
Berbeda dengan kebanyakan film yang bertemakan kerajaan lainnya yang berfokus pada kisah percintaan atau kisah heroik seorang pangeran, The King’s Speech bercerita tentang kehidupan Pangeran Albert Frederick Arthur George yang merupakan The Duke of York— putra kedua raja Inggris—George V—yang mengalami kesulitan berbicara atau gagap.
Pangeran Albert (Collin Firth) begitu sangat tertekan dengan kegagapannya karena ia harus berjuang lebih keras agar dapat menyampaikan pidato dengan baik di hadapan rakyat Inggris.
Baca juga: Genius, Kisah di Balik Buku Best Seller sebelum Terbit dan Kisah Bromance yang Perlu Diedit
Pada penutupan Pameran Kekaisaran Inggris di Stadion Wembley, Pangeran Albert—Bertie, panggilan Pangeran Albert oleh keluarganya—Berpidato dengan sangat gagah, tetapi dia gagap dalam menyampaiakan pidatonya. Berbagai terapi pun sudah dijalani, tetapi semuanya tidak membuahkan hasil. Hal ini membuatnya begitu putus asa.
Sampai suatu hari, sang istri, Elizabeth (Helena Bonham Carter) mendapat rekomendasi dari Presiden Ikatan Terapi Bicara, Dr. McCleod, untuk menemui ahli terapi asal Australia yang eksentrik, Lionel Logue (Geoffrey Rush), yang memiliki metode yang tidak biasa dan kontroversial dalam mengobati pasiennya.
Elizabet lalu menemui dan meminta Lionel untuk mengobati Bertie di istana, tetapi Lionel menolak dengan alasan agar metodenya berhasil dia membutuhkan kepercayaan dan kesetaraan sehingga siapa pun orangnya harus datang ke ruang konsultasinya termasuk sang pangeran. Setelah berpikir beberapa saat, Elizabeth pun setuju.
Bertie telah meminta Elizabet untuk tidak lagi melakukan pengobatan untuk kegagapannya, tetapi Elizabeth tidak menyerah, ia membujuk Bertie untuk menemui Lionel di tempat praktiknya.
Pertemuan pertama dengan Lionel, Bertie mendapat kesan yang kurang menyenangkan dan menolak untuk kembali ke tempat praktik Lionel karena menganggap kedatangannya sia-sia dan tidak membuahkan hasil.
Namun, tidak lama setelah terapi sesi pertama yang dianggap tidak berhasil oleh Bertie, Raja George V meminta Bertie untuk menggantikan tugas kakak kandungnya—The Prince of Wales, Edward—untuk memberikan pidato Natal.
Edward yang akan mewarisi tahta kerajaan memiliki sifat yang kurang bertanggung jawab sebagai putra mahkota. Dalam hidupnya, Edward selalu tertarik dengan wanita yang sudah memiliki suami, bahkan ia sudah mempunyai rencana untuk menikahi pacarnya, Welli, yang jelas-jelas masih memiliki ikatan pernikahan dengan orang lain.
Raja George V berpikir bahwa jika Edward, anak sulungnya yang memiliki reputasi kurang baik itu menggantikan posisinya, maka tidak hanya keluarganya saja yang akan hancur dalam sekejap, tetapi juga negera mereka tercinta. Ia tidak ingin hal itu terjadi, apalagi jika harus nanti akhirnya negara mereka jatuh ke tangan Hitler dan Marshall Stalin. Kemudian Bertie diminta untuk berlatih membaca pidato natal tersebut di depan ayahnya. Kegagapannyapun kembali muncul sehingga ayahnya menjadi tidak sabar melihat Bertie. Hal tersebut membuat Bertie makin tertekan.
Di tengah kegalauannya, Bertie memutar rekaman yang sempat diberikan Lionel sebagai cenderamata sebelum dia meninggalkan ruang konsultasi Lionel pada pertemuan pertamanya. Saat itu, Elizabet yang baru memasuki ruangan tak sengaja mendengar rekaman tersebut dan dia tercengang dengan hasil rekaman itu. Keeseokan harinya, mereka memutuskan untuk kembali ke tempat praktik Lionel.
Dari sinilah semuanya bertambah menarik. Teknik Lionel melatih Bertie terlihat lucu, kamu bisa tergelitik melihatnya, Mx. Selain itu, Lionel tidak hanya memberikan teknik penyembuhan, tetapi juga melakukan pendekatan psikologi dalam usaha menyembuhkan kegagapan Bertie.
Namun, sebelum Bertie benar-benar dapat berpidato dengan baik, konflik terjadi antara mereka. Bertie mengangagap Lionel telah menghasutnya untuk melakukan tindakan makar kepada saudaranya sendiri yang saat itu sudah diangkat menjadi raja sehingga ia tidak mau menemui Lionel untuk melanjutkan terapi.
Di istana, Bertie makin tertekan melihat tingkah laku kakaknya yang tidak berubah. Sampai akhirnya kakaknya membuat keputusan yang konyol, yaitu turun dari tahta kerajaaan demi menikahi Welli sang kekasih. Gelar raja pun dia serahkan kepada Bertie sehingga ia harus kembali berpidato di depan umum dalam acara penobatannya menjadi raja.
Bertie tambah tertekan Mx. Dia menangis tidak mau jadi raja. Kejadian yang berbanding terbalik kayak di Indonesia, ya, di mana orang biasa berhalusinasi menjadi raja dan membuat empire-nya sendiri, hihi.
Bagaimana ending dari film ini? Berhasilkah Bertie memberikan pidato tanpa gagap setelah diangkat menjadi raja? Dan bagaimana nasib Lionel selanjutnya?
Film ini yang berdurasi sekitar 120 menit yang berhasil menyabet 4 piala Oscar ini recommended banget, Mx. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari film yang juga telah merajai Academy Award ini baik dari sisi kepemimpinan, pengasuhan, atau pun psikologi.
Bagi kamu tipe orang yang suka ‘enggak enakan’ sama orang, kek saya :D, di sini kamu bisa belajar dari Lionel bagaimana ia yang hanya orang biasa menghadapi pasien yang seorang raja. Lebih dari itu, film ini juga mengajarkan bahwa gagap adalah bukan sebuah cacat bawaan lahir, tetapi muncul akibat gangguan mental yang dialami saat kecil yang bisa disembuhkan tanpa obat-obatan melainkan melakukan pendekatan psikologi dan latihan penyembuhan yang tepat.
Di sini, sebagai orang tua saya juga belajar bahwa trauma masa kecil akibat pengasuhan yang salah bisa memberikan efek yang luar biasa ketika anak menjadi dewasa sehingga kita harus sangat berhati-hati agar tidak membuat anak sangat tertekan yang mungkin dapat menimbulkan efek yang tidak menyenangkan seperti yang Bertie hadapi, yaitu kegagapan.
Collin Firth sebagai pemeran utama memerankan tokoh Bertie dengan sangat luar biasa. Kegagapan yang ia perankan seolah benar-benar nyata. Begitu pun dengan Geoffrey Rush, dan Helena Bonham Carter. Ketika menonton, saya merasa mereka adalah tokoh yang sebenarnya bukan sebagai aktor. Buat kamu yang suka film-film bagus, The King’s Speech wajib ada di list tontonan kamu.
Wajib ditonton
Bener banget, bagus banget filmnya.
Fix nih masuk daftar wajib tonton. Makasih
Iya, Mbak Lilis, banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari filmnya. Keren banget deh, pokoknya film ini.