Dalam menjalani kehidupan, setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Berada dalam kesulitan terkadang membuat kita merasa tertekan, sedih, atau kecewa.
Karakter manusia yang berbeda membuat setiap individu memiliki cara berbeda dalam menangani persoalan yang dihadapinya. Saat menghadapi masalah yang rumit, sebagian orang memilih berkeluh-kesah kepada orang yang mereka percaya untuk mendapatkan solusi atau untuk mengurangi kecemasannya.
Namun, bagi orang yang memiliki kepribadian tertutup atau introver, mereka memiliki cara tersendiri dalam mengatasi kecemasan atau kekhawatiran yang disebabkan oleh persoalan yang dihadapinya.
Kurang baiknya kemampuan dalam mengekspresikan atau mengungkapkan dengan jujur permasalahan yang dihadapi secara lisan membuat orang berkepribadian introver seperti saya memilih mengekspresikan semua yang mengganjal dalam pikiran melalui tulisan.
Pengalaman Pertama Menulis Jurnal
Ketika saya memasuki masa puber dam mulai menyadari saya menyukai lawan jenis. Saya akan menuliskan apa yang saya rasakan di buku. Bukan buku spesial yang memiliki kunci agar tidak ada orang lain yang membaca, melainkan buku bergaris biasa, buku yang sama seperti yang saya gunakan untuk mencatat pelajaran sekolah.
Di buku, saya bebas menceritakan apa saja tanpa takut dihakimi, dan rasanya menyenangkan dapat mengeluarkan semua perasaan dan pikiran dari kepala ke atas kertas.
Mungkin kalau dulu kita menyebutnya diari, ya, sementara punya saya diari-diari-an :D. Kalau sekarang, orang-orang menyebutnya journaling.
Ketika beranjak dewasa, saya berhenti menulis diari hingga pada tahun 2015—Saat itu kegiatan saya begitu padat. Mengajar, kuliah, sekaligus menjalani peran sebagai seorang ibu membuat saya tak jarang kewalahan mengatur waktu. Kegiatan yang padat membuat saya harus ber-multitasking agar pekerjaan atau tugas-tugas kuliah tidak terbengkalai. Hal tersebut akhirnya sering membuat saya tertekan, khawatir berlebihan, dan mudah terbawa emosi— akhirnya, saya memulai menulis jurnal.
Saya memilih menggunakan buku A5 dengan alasan agar lebih leluasa saat menulis.
Apa yang Saya Tulis dalam Jurnal?
“And so I just kept writing to myself.”
―
Tujuan menulis saya adalah mengeluarkan semua pikiran yang menumpuk di kepala. Jadi, saya menuliskan apa saja agar saya merasa lebih baik.
Kegiatan sehari-hari yang membuat saya bahagia
Seseorang dengan kepribadian introver seperti saya cenderung sedikit bicara serta sulit untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan kepada orang lain. Namun, otaknya tidak pernah berhenti bekerja.
Jadi, untuk mengeluarkan kata-kata yang berjejalan di kepala saya menuliskan kebahagian-kebahagian receh saya tersebut.
Baca juga: Manfaat Menulis Setiap Hari
Masalah-masalah yang saya hadapi untuk menemukan solusi
“This pouring thoughts out on paper has relieved me. I feel better and full of confidence and resolution.”
― Diet Eman
Menurut penelitian, membuat jurnal dapat mengurangi kecemasan dengan melepaskan perasaan tertekan dan pikiran negatif, menjernihkan pikiran, dan meningkatkan kesadaran diri.
Ketika kecemasan berkurang, kesehatan fisik kita juga meningkat. Dengan menuliskan pikiran-pikiran yang berjejalan di kepala, kita dapat mengidentifikasi pemicu dan pola dalam pemikiran kita
Ketika pemikiran kita ada di atas kertas, kita dapat mulai menganalisisnya, menantangnya, dan—bagian terbaiknya— mengatasinya, bahkan peneliti mengatakan dengan mengganti pola pikir yang merusak dengan yang positif, kita bahkan dapat menciptakan jalur saraf baru di otak kita.
Surat untuk diri sendiri
Ketika saya membutuhkan dukungan atau penguatan saya menuliskan kata-kata motivasi untuk memberikan penyemangat pada diri sendiri.
Di lain hari, ketika saya merasa diri saya tidak dapat diajak kerjasama, saya pun menulis surat untuk meyakinkan diri saya yang lain bahwa dia bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Terkadang, ketika saya sangat sedih dan membutuhkan kata-kata menenangkan saya pun menenangkan diri saya dengan menuliskan surat menyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja
Menuliskan pengalaman-pengalaman baru
Ingatan manusia terbatas, apa yang saya alami hari ini, bisa jadi beberapa hari ke depan saya tidak dapat mengingatnya. Jadi, untuk mengingat momen-momen tertentu saya menuliskannya. Hal ini juga saya lakukan untuk mengenali perasaan saya lebih jelas mengenai peristiwa yang saya alami tersebut.
Di lain waktu, saya juga terkadang menulis puisi, afirmasi-afirmasi positif, juga menulis hal-hal yang saya syukuri.
Apa pun isi tulisan saya, tujuan saya menulis adalah agar saya merasa lebih baik dan sehat secara mental.
Penelitian Ilmiah tentang Journaling
Para peneliti telah membuktikan bahwa banyak manfaat yang dapat dirasakan dengan menulis jurnal. Secara keseluruhan bukti tersebut menunjukkan keefektifannya dalam membantu kita mengidentifikasi dan menerima emosi-emosi yang kita rasakan, mengelola stres, dan meredakan gejala penyakit mental.
Penulis jurnal dan jurnalis avid Michael Grothaus mencatat bahwa ada penelitian yang menunjukkan bahwa menulis jurnal dapat memperkuat sistem kekebalan, menurunkan tekanan darah, membantu kita tidur lebih nyenyak, dan secara umum membuat kita lebih sehat.
Bagi saya sendiri yang sudah mempraktikkannya selama kurang lebih lima tahun, saya merasakan bahwa saya tidak pernah mengalami masalah tidur, lebih mengenal diri saya sendiri, lebih dapat memproses rasa cemas agar tidak menjadi berlebihan, dan pikiran menjadi lebih jernih.
Tips Menulis Jurnal

Whether you’re keeping a journal or writing as a meditation, it’s the same thing. What’s important is you’re having a relationship with your mind. —Natalie Goldberg
Baikie dan Wilhelm dalam jurnal penelitiannya (2005) memberikan tip berikut untuk memastikan penjurnalan kita konstruktif.
- Menulislah di ruang pribadi yang bebas dari gangguan.
- Menulislah setidaknya tiga atau empat kali dalam satu minggu secara berturut-turut .
- Beri diri sendiri waktu untuk merenung dan menyeimbangkan diri setelah menulis.
- Jika kamu menulis untuk mengatasi trauma, jangan merasa berkewajiban untuk menulis tentang peristiwa traumatis tertentu, tetapi tulislah tentang apa yang terasa tepat pada saat itu.
- Susunlah tulisan kamu sebagaimana gaya kamu menulis.
- Jagalah kerahasiaan jurnal kamu; Apa yang kamu tulis hanya untuk kamu, bukan untuk dibaca pasangan, keluarga, teman, juga terapis walaupun kamu dapat mendiskusikan pengalaman kamu dengan terapismu. Namun, jika kamu ingin memperlihatkan catatan kamu kepada orang yang kamu percaya, kamu bisa memperlihatkannya dengan memilih apa yang dirasa kamu nyaman untuk diperlihatkan.
Memilih Waktu yang Tepat untuk Menulis Jurnal
Setiap orang memilih waktu yang berbeda-beda ketika menulis. Untuk menghindari gangguan dan mendapatkan waktu yang tenang, sebagian orang memilih menulis di malam hari sebelum beranjak tiduk, sebagian lainnya memilih menulis di pagi hari sebelum memulai aktivitas.
Saya pernah mencoba menulis di pagi ataupun di malam hari untuk merasakan kenyamanan dalam menulis, bahkan saya pun menulis jurnal di siang hari ketika saya benar-benar butuh untuk menuangkan apa yang saya rasakan. Namun, saat ini saya lebih sering melakukannya di malam hari atau di siang hari di sela-sela bekerja.
Menuangkan apa pun yang ada dalam pikiran ke atas kertas memberikan banyak manfaat bagi saya di antaranya untuk menjernihkan pikiran dan menyiapkan saya untuk pengambilan keputusan, memproses dan mengeluarkan emosi-emosi negatif yang menumpuk dalam pikiran sehingga mental saya menjadi lebih sehat, serta sebagai ajang saya bercerita. Mungkin kamu juga ingin mencobanya menulis jurnal untuk mental yang lebih sehat.
Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting
keren. Saya juga orang introvert.
Terima kasih Mbak Mus. Yuk, sama-sama menulis untuk mental yang lebih sehat <3