Dalam acara Indonesia Literasi Fest (ILF) sesi dua yang diselenggarakan oleh KBM dan GEKRAFS tadi malam, Hanum Salsabila, penulis novel best seller, Cahaya Terbelah di Langit Eropa, menyampaikan bahwa ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjadi penulis best seller.
Ia manganologikan penulis sebagai sebuah tanaman. Jika ingin tanaman subur dan berbuah lebat maka yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah faktor pendukungnya, seperti tanah, lingkungan tanaman itu tumbuh, serta ketelatenan untuk merawatnya.
Tips Menjadi Penulis Best Seller dari Kak Hanum yang Pertama: Nikmati Proses

Jika ingin menjadi penulis yang sukses, tutur Kak Hanum, maka yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah bukan hasil akhir, melainkan prosesnya karena menjadi penulis sukses atau penulis best seller itu tidak terjadi dalam semalam.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang diceritakan Kak Achi TM, penulis yang sudah menghasilkan 39 novel yang merupakan pemateri kedua di acara ini, bahwa Kak Achi juga tidak tiba-tiba menjadi penulis best seller setelah menerbitkan novelnya yang pertama, ia bahkan harus melalui proses menulis 20 novel lainnya, sebelum akhirnya buku ke-22-nya dinikmati banyak pembaca.
Jadi, penting untuk menikmati setiap prosesnya.
Identifikasi dan Petakan Passion Kita di Mana
Kedua, Kak Hanum menyampaikan, jika ingin menjadi penulis yang sukses, kita harus dapat mengidentifikasi dan memetakan passion kita seperti apa. Jadi, ketahui dahulu apa yang kita sukai, passion kita di mana? Genre apa yang kita sukai? Karena dengan mengetahui passion, tips yang pertama tadi, menikmati proses, akan otomatis kita rasakan.
Seperti Kak Achi TM, Kak Achi sangat menyukai fiksi, jadi walaupun buku ke satu ke dua, ketiga, bahkan sampai buku ke-21 belum sesuai harapan, ia tetap menulis novel karena ia sangat menyukai fiksi.
Kita tidak bisa hanya ikutan-ikutan menulis hanya demi trend. Misal ikut-ikutan menulis genre horor karena yang sedang booming saat ini adalah tulisan bergenre horor, sementara kita tidak begitu menyukai horor.
Walaupun kemampuan menulis kita bisa dikembangkan, lanjut Kak Hanum, tetapi mengetahui di mana passion kita sangat penting jika ingin menjadi penulis yang sukses.
Berada dalam Lingkungan atau Komunitas yang Tepat
Dengan berada dalam lingkungan atau komunitas yang tepat, kemampuan menulis kita dapat berkembang dengan baik. Kita tidak bisa menanam alpukat di tanah bersalju karena otomatis tidak akan tumbuh walaupun bibitnya merupakan bibit unggul.
Kemudian Kang Deden menanggapi tips ketiga dari Kak Hanum ini dengan pertanyaan, “Bagaimana kalau lingkungan terdekat, seperti orang tua, misalnya, tidak mendukung?”
“Jangan menyerah,” jawab Kak Hanum. Kita semua pasti memiliki bakat menulis, terus asah bakat tersebut dengan rajin berlatih. Kirimkan karya kita ke media, lalu ketika karya kita terbit, tunjukkan kepada orang tua bahwa karya kita dihargai dan memang kita mampu.
Setiap orang pasti memiliki perjuangannya masing-masing, jangan menyerah, buktikan kalau kita mampu, demikian kurang lebih pesan dari Kak Hanum.
Miliki Golden Time
Keempat, miliki golden time, cari waktu yang tepat untuk menulis. Kak Hanum sendiri menulis di pagi hari karena pagi hari masih terasa fresh menurutnya. Kemudian, be consistent. Menulis secara konsisten di golden time tersebut.
Satu tambahan yang diberikan Kak Hanum sebelum menutup sesi sharing-nya. Saat menulis, ia memiliki partner menulis, yaitu suaminya. Jadi, dengan memiliki partner, karyanya bisa lebih sempurna.
Dari cerita Kak Hanum yang terakhir ini saya menangkap bahwa penting sekali bagi kita memiliki seorang mentor. Mentor bisa siapa saja, bisa pasangan, bisa teman atau sahabat yang bisa dimintai feedback, atau orang yang benar-benar ahli dalam kepenulisan yang dapat kita temui di kelas-kelas menulis.
Tips menjadi penulis best seller berikutnya diberikan oleh Kak Achi TM.
Masyallah, saya amazing sama kisah perjalanan menulis Kak Achi ini. Betapa menjadi penulis tidak boleh baperan. Keinginan untuk menjadi penulis best seller sudah terpatri di hati sejak awal Kak Achi menulis novel, tetapi proses yang Kak Achi lewati ternyata tidak semudah itu. Kak Achi harus melewati proses menulis 21 novel terlebih dahulu, sebelum akhirnya ia menjadi penulis novel best seller, Teman-teman.
Perjalanan menulisnya membawa pada kejadian hampir kehilangan laptop di bandara setelah mengisi acara di kampus Unpad.
Saat itu sekitar pukul setengah dua pagi, Kak Achi bernazar jika laptopnya ketemu, ia akan menulis novel islami. Kemudian, ia memasrahkan harapannya untuk menjadi penulis best seller. Mau best seller atau tidak, tetapi ia akan terus menulis sebagai ajang untuk berdakwah.
Sepertinya, Allah meridai apa yang dinazarkan Kak Achie. Pukul setengah dua pagi bernazar karena laptop yang tertinggal di bandara berhasil ia temukan, pukul empat pagi ia mendapat email dari Gramedia, memintanya untuk menulis novel islami. Masyaallah.
Kang Deden yang didapuk sebagai moderator pun begitu terpesona mendengar kisah perjalan menulis Kak Uchi. Saya rasa peserta acara ILF yang menghadiri acara tadi malam pun juga begitu, termasuk saya.
Saya mencatat ada tiga tips yang disampaikan Kak Achi agar menjadi penulis sukses atau penulis best seller.
Tips Menjadi Penulis Best Seller dari Kak Achi TM yang Pertama: Konsisten Menulis

Jika merujuk pada KBBI, konsisten ini memiliki arti tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek. Jadi, enggak moody-an, menulis ketika pengin aja (kayak saya, duh). Jika ingin menjadi penulis sukses, kita harus tetap menulis mau itu saat senang, sedih, hujan badai, panas cetar, mau itu karyanya akhirnya jadi best seller atau enggak, pokoknya terus menulis karena usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Jangan Menyerah
Seperti yang juga disampaikan Kak Hanum, menjadi sukses itu tidak bisa didapatkan dalam semalam. Jadi, ketika mendapati kegagalan, jangan kemudian menyerah begitu saja. Walaupun Kak Achi sendiri sempat ingin menyerah setelah 21 novelnya enggak juga best seller, tetapi Kak Achi tidak meninggalkan kegiatan menulis begitu saja karena kecintaan pada kegiatan menulis itu tadi.
Maka seperti yang disampaikan Kak Hanum, sangat penting untuk mengetahui passion kita dalam menulis karena kalau kita mencintai apa yang kita kerjakan kita tidak akan mudah menyerah saat dihadapkan pada kondisi yang tidak kita harapkan.
Kak Achi juga menyampaikan bahwa faktor lucky itu juga memang ada maka ia memberikan tips ketiga
Selalu Libatkan Allah dalam Setiap Usaha
Jangan lupa untuk selalu melibatkan Allah dalam usaha kita. Berdoa, berdoa, dan berdoa agar Allah menjadikan kita orang-orang yang beruntung.
Hal yang juga saya garis bawahi dari kisah perjalanan menulis Kak Achi ini adalah kita tidak boleh membandingkan proses yang kita jalani dengan orang lain. Orang mungkin bisa sukses lebih cepat atau mungkin lambat, semua memiliki proses perjuangan masing-masing.
Seandainya Kak Achi memiliki mental suka membanding-bandingkan diri dengan penulis lain yang sukses lebih dulu dari dirinya mungkin ia akan cepat menyerah ketika beberapa buku yang sudah ditulisnya tidak diminati banyak orang. Namun, Kak Uchi tetap fokus pada dirinya sendiri dan konsisten menulis hingga menghasilkan banyak karya, terlepas itu best seller atau enggak.
Tips menjadi penulis best seller berikutnya diberikan oleh pemateri ketiga, pemateri terkahir di sesi kedua acara ILF ini, Bang Boim Lebon. Bang Boim ini karyanya buanyak banget. Saking banyaknya, untuk menyimak portofolio aja mungkin ada sekitar 10 menitan.
Ada dua tips yang saya simak dari Bang Boim sebelum akhirnya saya telap di bantal karena kecapekan, haha.
Tips Menjadi Penulis Best Seller dari Bang Boim yang Pertama: Perbanyaklah Membaca
Penulis best seller adalah penulis yang karyanya disukai banyak orang dan agar karya kita disukai banyak orang, kita harus menghasilkan karya yang enak dibaca, dan agar karya kita enak dibaca, kuncinya adalah dengan banyak membaca. Bacalah sebanyak-banyaknya buku bagus sehingga dengan banyak membaca kita bisa meniru gaya tulisan orang lain sebelum kita menemukan gaya tulisan kita sendiri.
Dapatkan Feedback
Kedua, jangan malu untuk membagikan karya kita kepada teman atau sahabat dengan tujuan untuk mendapatkan feedback, dan jangan lupa, kata Bang Boim, traktir mi ayam supaya mereka kasih feedback-nya bagus, haha. Dengan mendapat feedback yang positif atas karya-karya kita maka kepercayaan diri kita sebagai penulis akan meningkat. Lakukan pelan-pelan, dan balik lagi, nikmati prosesnya.
Pojok Cerita
Tips-tips yang dibagikan narasumber begitu menginspirasi saya, terutama kisah perjalan menulis Kak Uchi yang menjadi penulis best seller setelah menghasilkan 22 novel.
Terkadang, saya atau mungkin kebanyakan dari kita, hanya melihat orang lain ketika sudah suksesnya saja dan kita melihatnya itu seperti mudah saja bagi mereka. Kita tidak mengetahui bagaimana perjuangan di balik kesuksesan yang mereka raih.
Kita tidak tahu “jungkir baliknya” mereka sehingga ketika menghadapi rintangan sedikit saja, kita menjadi tidak sabar, ingin cepat menyerah, lalu membanding-bandingkan diri sendiri dengan mereka yang sudah sukses.
Kisah perjalan menulis yang dibagikan Kak Achi juga mengingatkan saya kembali bahwa sangat penting untuk menikmati proses. Fokus pada proses, bukan pada hasil, anggap saja hasil itu adalah bonus.
Kedua, jujur, saya memiliki mental bloking. Sejauh ini, pemikiran saya seperti ini, “saya tidak memiliki keinginan untuk menulis cerita fiksi karena dalam cerita fiksi tidak banyak yang dapat saya banggakan.”
Mungkin, pemikiran ini timbul ketika saya banyak mendapati cerita fiksi, terutama di media sosial, di aplikasi-aplikasi yang bisa dibaca secara daring, bahwa dalam cerita fiksi isinya hanya cerita romance yang dikemas dengan sembarangan sehingga saya berpikir, enggak, ah, saya enggak mau menulis cerita fiksi.
Pemikiran yang sangat dangkal sekali, saya tahu, mata saya kurang melek, bacaan saya sebatas nonfiksi, gaul saya kurang jauh, dan pulang saya kurang malam, haha.
Saya melupakan karya-karya hebat milik penulis-penulis terbaik bahwa karya fiksi tidak sedangkal itu atau tidak seperti yang banyak bertebaran di media sosial, yang terkadang dari judulnya saja sudah seram-seram.
Sharing-sharing yang disampaikan tiga pemateri yang luar biasa tadi malam membuka mata saya bahwa fiksi atau novel tidak melulu tentang cerita romantik yang dikemas secara sembarangan.
Masih banyak genre-genre novel, salah satunya novel islami yang di dalamnya kita bisa menebar kebaikan seperti yang dilakukan Kak Achi TM dan Kak Hanum Salsabila Rais.
Terima kasih untuk KBM dan GEKRAFS, Kang Tendi, Bunda Asma Nadia, Pak Isya Almasih, dan seluruh tim Indonesia Literacy Fest sudah menyelenggarakan acara yang keren ini.